Tuesday, September 05, 2006

Mukhoyyam is back!


Tanggal 1-3 September kemarin, MD2 Pandu Keadilan kembali digelar. lokasi di Gunung Bawakaraeng. 3 hari 2 malam penempaan fisik, akal dan ruhiyah, dibawah rimbunan pohon pinus, yang dilingkari sungai kecil yang mengalirkan kebeningan airnya sebagai sumber air minum. Angin musim kemarau membuat cuaca pegunungan yang memang sdh sejuk makin bertambah dingin. jaket tebal, skebo, kaos tangan, sleeping bed, sampe tenda dan ponco, tidak lupa pisau komando menjadi konsumsi penting per/peserta. Ditambah kompor parafin dan korek api.

Belajar dari pengalaman mukhoyyam tahun kemarin, kali ini ransum makanan yang mengisi ranselku tidak terlalu banyak. Cuma sepertiga dibanding tahun kemarin. 1 botol kecil air minum, 4 bungkus mie instant, 2 kaleng sarden, 6 sachet nutrisari+2 batang coklat (buat teman jalan pas long marc ke puncak) serta 3 roti (coklat again,hehehe). Biasalah, coz tahun kemaren, pas bawa banyak bahan makanan, malah menyusahkan pas longmarch ke puncak. nambah beban malahan :) Bener kata murobbi, harta dunia memberatkan langkah untuk mencapai puncak cita-cita dan tujuan akhir. Pfiuh… kegiatan yang betul-betul merefleksikan semua agenda tarbiyah yang selama ini cuma berputar di Lingkaran Kecil yang selalu kami sebut Liqo atawa Lingkar Quantum.

For the first time too, saya diamanahkan mimpin kelompok yang bernama Usamah bin Zaid, nama seorang sahabat Rasulullah SAW yang dipercaya oleh beliau SAW mimpin pasukan perang di usia belia, 19 tahun. Berangkat kamis malam, kami ngumpul pukul 12.00 malam di sekret DPD PKS Makasssar. Dilanjutkan dengan short marc menuju DPW PKS Sul-Sel. Nginap di Masjid, dan besok paginya langsung naik truk ke Malino.

Action awal di Lokasi adalah mencari bambu kecil dengan tali hijau di ujungnya sebagai lokasi tempat pendirian tenda tiap kelompok. Jumlah kelompok ada 11, sementara jumlah bambu dengan tanda ada 10. So, tiap DanRu (Komandan Regu) ‘diperintahkan’ untuk segera menyebar mencari tanda tersebut. Susah bro, coz kondisi alam yang serba hijau dan coklat, maka menemukan bambu (yang juga berwarna coklat) dengan tali hijau diikat atasnya membutuhkan kejelian. Hampir 5 menit berlarian kesana-kemari, belum satupun DanRu yang mendapatkannya. AlhamduliLlah, saya menjadi DanRu pertama yang menemukan 2 bambu bertanda,hehehe. Maka setelah 15 menit masih banyak juga DanRu yang belum dapat lokasi, mereka dipanggil kemudian ditunjukkan lokasi masing-masing (tentu saja dengan punishment/iqob yang telah disepakati jika tdk berhsil mendapat jejak tempat yang disiapkan)

30 menit berikutnya, tenda plus makan siang sudah harus siap. Aturan yang diberlakukan di mukhoyyam selalu dengan perhitungan detik demi detik. Terlambat 1 detik dibayar dengan push up 5 kali. So, semuanya serba disiplin. Semi militer bro! Sampe pelajaran tali-temali dan P3M (pertolongan pertama pada musibah) harus dikuasai.

Agenda lanjutan segera menyusul. dari latihan karate, senam PKS, sholat wajib plus lail jamaah dan kultum, ditambah agenda rutin harian, PSB (Push Up, Sit Up dan Back Up) masing -masing 30 kali. Tilawah Al-Qur’an minimal 1 juz. Satu dari agenda di atas ‘dilewatkan’ oleh satu jundi (prajurit, maka satu kelompok yang ‘kena getahnya’.
Selain itu, kegiatan outbond menjadi agenda utama lainnya. dari yang sifatnya middle risk sampe yang high risk. Melewati jaring laba-laba, electric fence sampe 3 anggota kelompok saya cedera pergelangan kaki sampe bengkak. Manjat spidet net setinggi 5 meter, menyeberangi titian di atas sungai sepanjang 6 meter, lanjut ke rintangan loncat katak setinggi 0,5 meter. Saatnya berkotor-kotor ria, hehehe. teman-teman mengistilahkannya ‘gak kotor ya gak belajar’. Yup, rintangan selanjutnya adalah merayap menuruni dan mendaki parit yang berlumpur, trus palang bertingkat 8 meter yang terdiri dari 4 bilah bambu yang diikat di 2 batang pohon, merayap di bawah tali (kawat berduri ceritanya) setinggi 30 cm, dan ditutup dengan menjaga keseimbangan di balok titian antara 2 pohon. Seru, namun banyak menyisakan anggota kelompok yang cedera. Dari kaki dan tangan keseleo, lutut terkilir, sampai pergeseran tulang belakang karena jatuh dan benturan menjadi hal yang banyak ditemui di sini.

But it’s a battle! Ini belum seberapa dengan persiapan ikhwah yang sedang dilanda perang dengan kaum kuffar. Maka agenda hirosah (jaga malam) tiap kelompok pun menjadi kewajiban. Kelompok yang anggotanya tertidur saat hirosah, bisa dipastikan pagi harinya pasti ada saja barangnya yang hilang. Dari sepatu/sandal gunung, lampu badai sampai ponco dan alat masak. malam terakhir, diisi dengan saroya (aktivitas memata-matai). Semua kelompo dianggap ‘musuh’ maka kita harus mengamankan semua ‘anggota’ dan ‘barang’ kelompok. Strategi bermain, asalkan kelompok bisa aman sampai pagi, terapkan saja.

Kelompok kami membuat 3 titik api berjarak masing-masing 3 meter dari tenda sebagai lokasi ‘red alert’ jika ‘musuh’ berhasil menyeberanginya. Di luarnya sampe parit dan sungai, itu titik ‘careful’. Selain itu, bisa dianggap daerah aman. Semua anggota kelompok kami yang berjumlah 9 orang masing-masing berjaga di tiap titik api. 3 per titik. Ditambah dengan tiap 10 menit, berjalan keluar ke daerah ‘careful’ untuk mengecek keberadaan musuh. 2 orang pada jam-jam tertentu diutus untuk memata-matai tenda musuh, mencari informasi tentang mereka untuk dilaporkan keesokan harinya. Kata sandi dipakai untuk membedakan mana musuh mana kawan. Maklum, ponco menutupi semua wajah kami. AlhamduiLlah, tenda yang merupakan markas kami berhasil aman sampai paginya. malahan, sempat menahan seorang komandan musuh, yang sempat melintas daerah ‘careful’ dan bersembunyi di bawah pohon, untuk memata-matai kami. Jadilah komandan ‘musuh’ itu kami sekap di dekat perapian, diinterogasi dan digeledah. namun kami baik kok, hehehe. Kami tetap menghangatkannya di dekat api (udara dingin sekali, sampai gigi saling bergeletukan). Diizinkan tidur sambil tetap dijaga sama 2 jundi (prajurit). Setelah sholat subuh, dia dikembalikan ke ‘markasnya’. Dan 2 spy yang kami kirim untuk mengintai kembali dengan beberapa informasi penting, meskipun satu orang syahid kena ‘peluru’.

Ini dia aktivitas yang paling banyak menguras energi. Semalaman begadang, paginya langsung longmarch ke puncak bawakaraeng. Dengan ransel di punggung, mulailah iringan peserta berbaris rapi menuju puncak. Berbekal coklat dan nutrisari, kami memulai perjalanan. Tiap POS yang terdapat sungai, langsung saja botol diisi air dan ‘dikeruhkan’ dengan nutrisari. Glek aja langsung. Segar, seperti baru keluar dari freezer. Sampe puncak, isrirahat 20 menit langsung turun lagi ke lembah ramma untuk upacara penutupan sekaligus pelantikan. Magrib menjelang, saat doa Robithah (pengikat hati) dibacakan usai pelantikan. Berkemas kembali, kami berakbir dan meninggalkan lembah ramma, menuju jalan raya dimana sudah menanti truk yang akan membawa kami kembali ke makassar.

Capek, kulit terbakar, sakit, lelah, kelaparan dan dehidrasi menjadi ‘oleh-oleh’ kembali ke komunitas. Namun di balik semua itu, azzam, semangat ukhuwah, penerapan prinsip qiyadah wa al-jundiyah, disiplin, ilti’zam, charge ruhiy, amal jama’i, dan konsep-konsep dakwah lainnya makin lekat di benak dan amalan. Dengan kekuatan fisik, fikri, dan ruhiy yang seimbang, menjadi bara api yang akan tetap menyalakan izzah untuk tetap bergerak bersama kafilah ini, menyongsong tegaknya kejayaan islam, yang masih terpuruk di lembah kenistaan.

Muhammad Ilham (syahid_lover)