Wednesday, April 25, 2007

pencarian [edisi resah]

Rabbi, di sini aku mengetuk kembali pintu-Mu. Setelah lama terseret arus dunia yang melenakan dan membuatku lalai. Ruhaniyahku mengering. Energi jiwaku rapuh termakan kesia-siaan yang membuat nafas kehidupan berputar pada lingkaran kosong tanpa makna hakiki.

Rabbi, di sini aku kembali bersimpuh di rumah-Mu. Menyuarakan nada hati pada kegelapan malam yang menidurkan penghuninya. Resah, mengejar target duniawi yang tak pernah habis sampai meskipun ditambah dan ditambah. Sementara, ketenangan yang kuharapkan makin menjauh.

Rabbi, di sini aku bersujud di bawah mihrab keagungan-Mu. Mencoba menangkap sisa-sisa iman yang masih bersinar di pijakan sudut hati. Aku rindu bergabung dalam barisan orang-orang yang mensucikan jiwa dan menghiasi diri dengan akhlak tuntunan Rasul-Mu.

Rabbi, di sini aku menengadahkan tangan, meminta di kebesaran Kuasa-Mu Yang Tak Terbatas. Aku mencari semuanya dalam doa. Aku mencarinya dalam tetasan air mata yang sudah berbilang waktu tak pernah lagi menemukan muaranya. Aku kembali mengembara di jalan-Mu, mencari makna diri dan cinta seperti yang pernah Kau janjikan dalam kalam-Mu yang abadi.

Rabbi, jangan lagi Kau biarkan kaki ini melangkah tanpa panduan-Mu. Jadikan pendengaran, penglihatan, dan semua ruas jasad dan jiwa ini mengikuti tuntunan-Mu, dan jauhkan dari tipu daya musuh abadi manusia yang menyesatkan.

Rabbi, jangan pernah menutup pintu-Mu. Meskipun pengembara miskin sepertiku terlalu banyak menyalahi aturan syariah-Mu. Sebab, ke mana lagi aku harus mengetuk jika pintu-Mu sendiri telah Kau tutup?

Tiada daya dan kekuatan, hanyalah milik-Mu ya Allah.

Labels:

Friday, April 13, 2007

tentang seseorang 3 [sisi lain]



Aku mengenalmu pertengahan tahun 2004 kemarin. Saat itu seingatku fisikmu masih seperti remaja kebanyakan dengan struktur tubuh yang belum terlalu terbentuk. Kekanak-kanakan, ceria, dan just having fun.

2 tahun lebih sejak pertama mengenalmu, sosokmu banyak berubah. Struktur fisikmu tak usahlah kugambarkan. Untuk mencegah imajinasi liar agar tidak berpikir yang tidak sewajarnya. Cukup dua kata untuk mewakili itu semua. ‘Kecantikan sempurna’.Bahkan adikku yang cewek sendiri bilang seperti itu saat melihat gambar dirimu. Kau juga jadi lebih pendiam, dan [ini yang membuatku gembira] kau makin ‘akrab’ dengan buku. Ini kuketahui saat bercerita denganmu di suatu sore.

3 hari yang lalu, kau mengirimkan satu pesan singkat he HP-ku. ‘Kak, ada yang menyatakan perasannya padaku’. Begitu tulismu. Aku tak menanggapinya. Namun sms berikutnya datang dan masih menyampaikan pesan yang sama. ‘Trus, tanggapanmu gimana?’ kubalas sms-mu. ‘Aku bilang kita sahabatan saja’. 'Kenapa?’ kejarku. ‘Aku takut sama Allah, bukankah hanya orang bodoh yang menukar kesenangan syahwat yang sesaat dengan keabadian surga?’.

Aku tertunduk membaca pesanmu. Malu dengan diri sendiri yang terkadang masih saja bercengkrama dengan dosa. Hujan yang menderas di luar makin menguatkan syukurku bahwa Allah SWT masih memperhatikan diriku dengan menempatkanku di lingkaran orang-orang yang selalu memberikan pencerahan untuk bertahan dalam keteguhan prinsip.

Labels:

Sunday, April 08, 2007

[melihat dari sisi lain] tentang hujan dan terik

Kita sering mengeluh, saat hujan turun ke bumi. Entah dengan alasan dingin atau jalanan menjadi becek dan tergenang air sehingga menghambat beragam aktivitas luaran kita. Namun saat matahari bersinar terik, keluhan itu tak juga berhenti. Panas, gerah dan berkeringat. Itu sebagian alasan yang terlontar dari lisan .

Sejenak, mari membuka satu jendela lain dari kisi hati kita. Jendela yang terkadang sudah terlalu lama tertutup sehingga menyisakan kegelapan dan udara pengap dalam ruang imajinasinya. Jendela yang kita menyebutnya sebagai ‘renungan’.

Hujan, dengan titik air yang diturunkannya selalu ‘menghidupkan’ bumi setelah ‘matinya’. Tanah menjadi subur. Tumbuhan menjadi lebih segar, sehingga menjadi lebih produktif. Pernahkan kita membayangkan senyum para petani yang berteduh di dangau kecil mereka tiap kali hujan mengaliri sawah ladangnya? Ya, dari mulut mereka tak pernah lekang doa agar hujan bisa turun menghidupkan tanaman.

Panas matahari dengan cahaya yang dipancarkannya pun demikian. Dengan kandungan zat yang dimilikinya, membuat setiap tumbuhan mampu ‘memasak’ makanan untuk pertumbuhannya. Bahkan, setiap makhluk hidup akan mendapatkan supply energi baru tiap kali bersentuhan dengan kehangatan cahaya matahari, yang tak bisa digantikan dengan sumber cahaya lain.

bahkan, perpaduan keduanya selalu menghasilkan sebuah fenomena alam yang terlukis indah di kanvas langit; PELANGI dengan segala keajaiban warna dan lengkungannya.

Lalu, masihkah kita menggerutu dengan hujan dan panas yang dipergilirkan di alam ini?

Labels:

Tuesday, April 03, 2007

Sebuah dunia kecil

Aku tidak tahu, sejak kapan mulai senang memperhatikan anak kecil. Bagiku, mereka seperti cermin yang memantulkan bayangan dengan polos, jujur dan apa adanya. Tidak ada ambiguitas yang terinterferensi. Atau kebohongan yang tersamarkan. Murni, apa adanya.

Seperti pagi itu, saat aku berteduh di emperan sebuah toko dari rintik hujan yang mulai menderas. 3 sosok bocah kecil tiba-tiba saja keluar dari rumah sederhana mereka dan langsung berkejaran di bawah siraman dingin hujan. Gembira, tertawa lepas. Tak kudapati beban hidup menggelayuti wajah ceria mereka. Aku tersenyum.

Atau suatu waktu, malam hari setelah pulang kerja di sebuah pete-pete [angkutan mahasiswa dan umum]. Seorang anak dengan damai menyandarkan kepala kecilnya di pangkuan ibunya kemudian tertidur. Tidak memperdulikan kebisingan dunia yang hilir mudik berseliweran di sekitarnya. Pun ketika suatu malam, saat singgah membeli martabak di sekitaran Jalan Hertasning Baru. Sambil duduk menunggu di atas motor, kutolehkan kepala ke arah suara seorang anak yang merengek. Ternyata ibunya sedang singgah membeli sesuatu di toko, dan ia bersama ayahnya menunggu di atas motor juga sama seperti diriku. Tak lama, sang ibu keluar. Spontanitas, rengekan anak tadi sirna. Berganti senyuman kemudian dengan segera menyambut ibunya dengan pelukan di pinggangnya.

Hmmm…bagi sebagian kita, masa remaja mungkin dianggap sebagai masa yang paling indah. Sehingga banyak di antara kita yang memimpikan untuk mengulang kembali masa itu. Namun, jika saja aku diberikan pilihan untuk bisa kembali ke masa lalu, aku lebih memilih menjadi anak kecil dan bersahabat dengan dunia, tanpa harus mengenakan berbagai bentuk topeng kemunafikan dan kepura-puraan.

[masih dalam kepenatan yang sama, karena dikejar beragam deadline]