Monday, December 01, 2008

bila hati rindu menikah [part 9] : Berani Menjemput Bidadari?



Sebab keyakinan akan meneguhkan sisi jiwa yang cemas. Memekarkan harum bunga yang terlahir dari kesabaran akan penantian. Bilangan waktu dan bentang jarak, tidak ada yang akan berakhir sia-sia. Semua adalah karunia oleh-Nya. Untuk menguji komitmen perjuangan yang lahir dari rahim kesejatian iman. Saat perjalanan bermakna pencarian hakikat diri.


Jejak sejarah telah mengering. Tangisan pemuda Abdurrahman bin Abu Bakar dalam do'a, untuk Atikah, wanita suci yang pandai menjaga diri dan kehormatannya. Akan kesabaran zulaikha yang tak putus dalam munajah agar dipertemukan dengan tambatan hati, Yusuf a.s. Seperti Adam a.s yang turun ke bumi dari kenikmatan surgawi, terpisah jarak dengan bagian tulang rusuknya, Ibunda Hawa. Sama dalam penantian. Sujud panjang memohon ampunan dan harapan agar kembali menyatu.


Titik kecil yang mulai menunjukkan bias terangnya. Pada titian jalan lurus yang semakin menampakkan godaan di kiri kanannya. Terasa. Menjaga kesucian pandangan menjadi lebih rumit dibanding waktu lampau. Pada kehalusan suara dan gerakan satu anugerah alam yang paling sempurna. Benteng terakhir lautan do'a di hening malam, agar keteguhan semakin karang. Masih dengan tekad yang sama, bahwa Sang Maha Pencinta tidak akan membiarkan air mata hamba-Nya menetes tanpa balasan kasih sayang dalam dekapan-Nya.


Mengisi hari, dengan asa melangit. Komitmen suci untuk sebuah ikatan menyempurnakan separuh dien agama. Agar terang cahaya itu makin kemilau. Menyisakan sesal dan putus asa setan musuh nyata manusia pada semakin kuatnya satu sunnah kenabian dalam mitsaqan ghaliza. Dan bila waktunya tiba, izinkan aku menjemput bidadari itu. Untuk bersama menuju-Mu dalam hari-hari perjuangan menegakkan Risalah suci.


[Tanah Anging Mammiri – Kota Pelajar - ... ... ...] Doakan ^_^

*Aku masih ingin terus terbang menembus tingginya putih awan, seperti elang. Namun dengan angin di kiri kanan kepakanku