Sunday, April 08, 2007

[melihat dari sisi lain] tentang hujan dan terik

Kita sering mengeluh, saat hujan turun ke bumi. Entah dengan alasan dingin atau jalanan menjadi becek dan tergenang air sehingga menghambat beragam aktivitas luaran kita. Namun saat matahari bersinar terik, keluhan itu tak juga berhenti. Panas, gerah dan berkeringat. Itu sebagian alasan yang terlontar dari lisan .

Sejenak, mari membuka satu jendela lain dari kisi hati kita. Jendela yang terkadang sudah terlalu lama tertutup sehingga menyisakan kegelapan dan udara pengap dalam ruang imajinasinya. Jendela yang kita menyebutnya sebagai ‘renungan’.

Hujan, dengan titik air yang diturunkannya selalu ‘menghidupkan’ bumi setelah ‘matinya’. Tanah menjadi subur. Tumbuhan menjadi lebih segar, sehingga menjadi lebih produktif. Pernahkan kita membayangkan senyum para petani yang berteduh di dangau kecil mereka tiap kali hujan mengaliri sawah ladangnya? Ya, dari mulut mereka tak pernah lekang doa agar hujan bisa turun menghidupkan tanaman.

Panas matahari dengan cahaya yang dipancarkannya pun demikian. Dengan kandungan zat yang dimilikinya, membuat setiap tumbuhan mampu ‘memasak’ makanan untuk pertumbuhannya. Bahkan, setiap makhluk hidup akan mendapatkan supply energi baru tiap kali bersentuhan dengan kehangatan cahaya matahari, yang tak bisa digantikan dengan sumber cahaya lain.

bahkan, perpaduan keduanya selalu menghasilkan sebuah fenomena alam yang terlukis indah di kanvas langit; PELANGI dengan segala keajaiban warna dan lengkungannya.

Lalu, masihkah kita menggerutu dengan hujan dan panas yang dipergilirkan di alam ini?

Labels: