Sunday, March 25, 2007

[sepenggal fragmen hidup] tentang srikandi kampus merah



Fragmen 5

Tingkahnya santun. Sejuk dalam balutan jilbab putih lebar dan jaket hijau yang selalu menemani kesehariannya. Tas ransel selalu setia nangkring di pundaknya. Hampir tak pernah kudengar keluhan keluar dari mulutnya yang tak pernah absen dari tilawah harian. Yang ada hanya semangat. Ketajaman analisa dan kepedulian sosialnya, membuat sosoknya tak pernah lepas dari segudang aktivitas. Baris senyum tak pernah hilang dari lekukan bibirnya. Dan yang membuatnya paling unik, adalah ideology yang dipilihnya. Meskipun dia tahu, kelelahan yang akan dia tanggung. Keringat, air mata bahkan darah yang akan mengalir. Namun jawabannya sederhana saja, tiap kali orang-orang menanyakan tentang semua itu, “adakah perjuangan yang tidak menuntut pengorbanan?”

Fragmen 6

Dia tertawa. Selama ini hanya senyumnya saja yang selalu kulihat. Tapi pagi itu, dia benar-benar tertawa. Saat mengetahui bahwa ternyata hari-hari aksi yang kulalui dengan beberapa teman sering dimulai dengan nasi gosong, sepotong tempe dan air putih. “Gimana mau kuat bertahan” katanya. “Selain persiapan maknawiyah dan wacana, jangan pernah melupakan fisik”. Maka rutinitas hariannya bertambah lagi. Membawa makanan ke sekret tempat kami merancang beragam agenda perubahan. Bahkan, malam hari pun selalu ada tambahan supply tenaga. Secangkir kopi hangat dan snack ringan.

Fragmen 7

Jilbab putihnya penuh darah! Ya, beberapa batu nyasar ‘singgah’ di kepalanya yang tiap akhir malam tak pernah alfa sujud di hadapan Sang Kekasih. Masih kuingat tekadnya di akhir rapat, saat mendengar keraguan beberapa rekannya akan aksi yang telah dirancang jauh hari sebelumnya. “perjuangan hanya dilakoni oleh mereka yang memiliki mental pemberani, bukan pengecut. Takut mengambil resiko, lebih baik mati saja!” tegasnya. Dan dia konsisten dengan keyakinannya. Saat tubuhnya dipapah, dia berkata “ini baru sedikit dari beragam resiko perjuangan”. Bahkan di sela-sela darah yang mengalir turun ke wajahnya, lagi-lagi hanya senyum yang mengembang di bibirnya.


“HIDUP, MASIH MENYISAKAN ORANG-ORANG TEGAR DALAM DIRINYA”

Labels: