Monday, October 02, 2006

Masihkah kau disana? (edisi resah)

Mataku mengerjap. Bumi ini masih berotasi seperti dulu. Setia memikul beban berat idealisme perjuangan pemuda kahfi-nya.
Karena ia adalah ibu pertiwi.

Telingaku mendengar. Bisikan anginmasih belum berubah. Mendendangkan nyanyian perlawanan dan harapan.
Karena ia bisikan kebenaran.

Hidungku masih mencium wewangian yang sama. Debu panas dan aroma aspal terpanggang matahari, berbaur dengan keringat dan asap kendaraan. Aroma hidup yang tak sekedar 'ada' atau 'tiada'. Tapi 'BERMAKNA'
Karena ia adalah aroma perjuangan.

Kulitku masih 'merasa' sengatan terik dan dingin udara malam yang ditingkahi rintikan hujan yang belum juga berubah. Sehalus saraf sensorik-motorik pengirim sinyal 'sakit' ke sel-sel putih otakku.
Karena ia adalah perlawanan.

LALU APA YANG BERUBAH?

Gumam tanya ini masih memenuhi rongga kepalaku.

PEMUDA...! Kemana sosoknya?

Ah...keresahan itu makin dalam melingkupiku...