Wednesday, November 29, 2006

Teman Sejati Kehidupan


Seperti malam dengan siang, matahari dan bulan, demikianlah Sang Kreator menciptakan semua yang ada di alam semesta ini berpasangan.
***

Gundah...
Mungkin banyak yang merasakan seperti ini. Saat usia makin merambah naik sementara dia yang diharapkan sebagai pendamping hidup belum juga datang. Menunggu akan menjadi pekerjaan yang melelahkan jiwa. Sendiri dalam kesunyian yang sepi. Keresahan yang selalu melingkupi dan bersanding dengan lantunan harapan dan bening air di sudut mata yang tidak jarang menjelma menjadi anak sungai. Menorehkan luka dalam mimpi, yang memupuskan harapan bagi jiwa rapuh yang tidak memiliki sandaran kokoh dalam tiap kepingan asa.

Saat malam menurunkan tirainya menyelubungi bumi dengan jubah kegelapan, sesosok lintasan bayangan kadang hadir bermetamorfosis sempurna. Namun maya, seperti fatamorgana yang indah dipandang. Entah siapa dan dimana wujud aslinya. Maka kekecewaan terlampiaskan pada kelamnya malam. Kebisuan yang hening, tubuh yang lelah mencoba bersahabat dengan aliran waktu yang entah bermuara di samudera mana, dengan harapan segera menyatu dengan belahan jiwa.

Cinta dan kasih sayang. Banyak pahlawan telah lahir dari rahimnya. Bergerak, berjuang menuju puncak kejayaan yang menggoreskan jejak emas sejarah di belakangnya. Yang menjadi rel tempat berjalan bagi generasi selanjutnya yang akan melanjutkan visi perjuangannya. Namun, cinta juga melahirkan pengecut. Yang mengorbankan pilihan atas idealisme kehidupan. Seperti pedang, yang jika kita tidak tahu cara menggunakannya, jiwa kita yang akan menjadi korban.

Ditambah dengan persepsi tentang keindahan dan nilai modernisasi yang ditawarkan beragam pilihan hidup, maka jalan menuju jurang kehancuran atas nama cinta makin terbuka tanpa rintangan berarti. Memuaskan nafsu tanpa peduli sisi kanan kirinya ada yang mencatat semua drama kehidupan yang dilakoninya.

Belahan jiwa, dimanakah engkau berada? Akankah engkau membiarkan mimpi indah tentang pernikahan terkubur bersama harapan hidup yang kian redup diterjang segala isme yang menyebarkan virus kematian harga diri?

Tidak...! cita-cita itu tidak boleh mati. Atau hidup tapi sekedar larut dalam keterlenaan yang menyesatkan. Maka ketika dia sang pujaan hati belum hadir, bertahanlah di sana. Tunggu sampai Sang Pemberi Cinta memilihkan yang terbaik buat menemani hari-harimu. Jangan kau rusak hatimu dengan harapan semu akan kenikmatan yang hakikatnya adalah jalan kehancuran dan penyesalan abadi. Apalagi sampai menggadaikan hal paling berharga dalam kehidupan ; AQIDAH.

Tetaplah memohon pada-Nya. Agar meluruskan niat dan azzam-mu akan hadirnya dia untuk membantumu menyempurnakan setengah dien/agama. Sehingga bersama pasangan tercinta, bisa membangun istana luas yang bertabur bunga kesejukan dan tetesan embun sakinah, mawaddah dan rahmah. Kalau sekarang dia belum datang, maka matangkanlah persiapanmu untuk menyambutnya. Sehingga tidak ada penyesalan ketika perjalanan telah dimulai bersama pasangan hidup.

Sambil mempersiapkan diri untuk hal itu, jangan pernah lupakan persiapan lain. Persiapan yang semata bukan untuk pasangan hidup yang akan menjadi istri kita kelak, tapi untuk pasangan HIDUP yang sejati, KEMATIAN.

*Hadiah buat jiwaku yang sudah 25 tahun membujang