Saturday, February 17, 2007

Aku pernah ...

Pernahkah luka, kecewa, dan derita hinggap di keseharian kita? Aku pernah. Namun saat kita sadar bahwa itu semua akan menjadi masa lalu, berhentilah menjalaninya dengan sepedih rasa yang dapat meracuni jiwa. Sebab, ketegaran, kesabaran dan ketabahan akan menjadi lebih utama dan lebih indah untuk dikenang nantinya.

Pernahkah kebencian dan kemarahan menjadi pelampiasan akan ketidaksenangan kita terhadap sesuatu atau seseorang? Aku pernah. Namun saat iman berbicara, berhentilah mengumbarnya sepenuh jiwa. Sebab, pahala yang berlipat menjadi ganjaran saat menahan diri menjadi pilihan.

Pernahkah dosa dan kesalahan menjadi aktivitas rutin yang selalu menyertai pilihan langkah kita? Aku pernah, bahkan sangat sering. Namun saat hidayah menerangi, janganlah tetap tenggelam padanya. Sebab, taubat dan kembali mengetuk pintu ampunan-Nya adalah lebih utama.

Pernahkah harta menjadi obsesi terbesar kita dalam kehidupan? Sehingga menghabiskan energi jasad dan jiwa untuk mengejar materinya? Aku pernah. Namun saat kezuhudan sejati telah dipahami, berhentilah kikir dan menahannya dari tangan yang berhak. Sebab, kedermawanan akan melipatgandakannya.

Pernahkah cinta membawa perasaan kita menjadi semakin indah? Bercengkrama dengan malam yang selalu mendatangkan sejuta inspirasi dengan kesempurnaan fantasi? Aku pernah. Namun saat hati tercerahkan, berhentilah egois. Selalu ingin memiliki dan bersama selamanya. Sebab, memberi akan lebih banyak menuai makna.

Pernahkah kecerdasan dan kepandaian menorehkan kebanggaan semu di kepala kita? Aku pernah. Namun saat tanggung jawab bertahta, berhentilah membusungkan dada dan berbuat kerusakan di bumi. Sebab, Sang Pencipta memerintahkan kita menggunakannya untuk memimpin dunia dengan adil.

Pernahkah bahagia menyemarakkan hari-hari kita? Aku pernah. Namun saat kepekaan mulai mengelus jiwa, janganlah lagi merasa cukup untuk merasakannya sendiri. Sebab, berbagi dengan yang lain akan membuatnya makin berarti.

Luka, kecewa, derita, kebencian, kemarahan, dosa, kesalahan, harta, cinta, kecerdasan, kepandaian, kebahagiaan, bahkan HIDUP, semuanya akan menjadi masa lalu pada akhirnya.

Saat hari itu tiba, saat semua telah menjadi masa lalu, aku ingin ada di antara mereka yang bertelekan di atas dipan-dipan dan permadani. Menikmati semilir angin yang menebarkan keharuman kesturi. Berjalan-jalan di istana yang megah ditemani para bidadari yang bermata jeli. Belum pernah disentuh oleh makhluk dari golongan jin dan manusia Bercengkrama dengan sesama saudara seiman, bercerita tentang semua hal di masa lalu sampai mereka mendapat anugerah indah itu.

Aku tak ingin berada di antara mereka yang berpeluh darah dan berkeluh kesah, yang berkata seperti diabadikan dalam Al-Qur’an Mulia dalam surah An-Naba’ ayat 40 : ‘Alangkah baiknya seandainya dahulu aku hanya menjadi tanah saja!’

Allahumma Amiin, kabulkan yaa Robb...