Saturday, January 13, 2007

wanita yang memilih syurga

Kata apakah yang tercipta saat iman telah mendominasi dan bersemi indah di ladang hati? Keajaiban! Tak ada lagi tempat untuk dunia semu yang melenakan bertengger di dahan kesuciannya. Tumbuh kokoh, subur dengan siraman cahaya mahabbah ilaLlah (kecintaan pada Ilahi). Menjulang ke langit harapan dengan puncak kerinduan akan syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Menembus langit bumi, mengetuk pintu langit. Mengucapkan salam kerinduan pada janji Sang Maha Rahman akan kesempatan menatap langsung wajah-Nya yang Maha Indah.

Usianya masih muda. Menurut hitungan kebanyakan kita. Sekitar 22 tahun. Namun ketegaran kata yang menjelma menjadi keputusannya jauh melampaui kedewasaan umurnya. Keteladanan yang dilakoninya, membungkam mulut sejarah para pemuja keindahan fisik. Bahwa tampilan luar bukanlah segalanya. Karena sejatinya, isilah yang menjadi parameter keabadian sejarah dan keagungan hidup.

Maka, ketika disodorkan dihadapannya biodata seorang ikhwan (laki-laki) yang akan datang untuk ta’aruf dan meminang, dengan keikhlasan istikharah, mulutnya berucap ‘IYA! dengan ketegasan. Mungkin kita bisa berkata ‘Ah, kalau masalahnya sekedar itu, apa susahnya sih! Semua orang juga bisa!’. Tapi bagaimana jika ikhwan (laki-laki) yang datang itu umurnya sudah 40-an tahun? Ditambah lagi dengan kondisi fisiknya yang tidak sempurna? Ya, untuk berjalan, ia membutuhkan bantuan tongkat. Sebab kakinya kecil sebelah! Masihkah kita pun akan berkata ‘IYA?’

SubhanaLlah, Maha Suci Allah yang telah menciptakan wanita tegar nan shalihah. Penerus madrasah generasi shahabiyah terdahulu yang diberkahi Allah SWT. Ketika keluarga yang mengasuhnya sejak kecil meninggikan suara lantaran emosi dunia yang dikangkangi nafsu dengan ucapan ‘Tidak adakah laki-laki normal yang bisa kau dapatkan!’, dengan ketenangan yang mengagumkan, ia hanya berucap ‘saya menikah karena Allah, bukan karena yang lain!’. Ia menerima sang lelaki karena mengetahui akan visi akhiratnya. Yang menyerahkan hati dan cita-citanya semata untuk meraih keridhoan Allah SWT. Maka bagi sang wanita, tidak ada cela untuk menolak pinangan lelaki yang demikian.

Salimul Aqidah (aqidah yang bersih) yang dihamparkannya, mengiringi keyakinannya akan sabda al ma’shum Rasul SAW. ‘Jika datang pinangan seorang lelaki yang baik agamanya, maka terimalah. Sebab jika tidak, maka fitnah besar akan muncul di bumi’. Sungguh, keputusan tegas yang lahir dari lisanmu, wahai saudariku, telah membuat diri malu akan masih seringnya mata ini tertipu gemerlap dunia dengan segala atributnya. Kematangan ideologi yang kau lakonkan menghantam telak ego kemanusiaanku yang tak ada apa-apanya.

Ilahi, bantu diri ini memahami hakikat kehidupan yang sesungguhnya. Karuniai kami dengan pemahaman dan keteguhan iman dan keyakinan, seperti yang telah Engkau karuniakan kepada salah satu saudari kami, yang insya Allah melangsungkan walimahannya tanggal 18 januari 2007. BarakaLlahu laka, wa baraka alaika. Wa jama’a bainakuma fii khair. Semoga, Allah memilihmu sebagai salah satu dari barisan sebaik-baik perhiasan dunia.