Thursday, January 04, 2007

Idul Adha; Kita dan Mereka

Ucapan riang selamat idul adha menghiasi langit-langit rumah yang sejuk dengan hembusan AC atau putaran kipas angin yang terpasang kokoh di dinding dengan pantulan indah warna cat tembok yang makin menambah asri suasana ruang yang menjadi miniatur istana kita. Tegur sapa dan senyum manis berbalut kebahagiaan terlukis sempurna di lekukan bibir tiap anggota keluarga. Saling bersalaman, berangkulan hangat sesama saudara dan kerabat keluarga. Memaafkan, dengan azzam kebersamaan yang terikat dengan pertalian darah dan pertemanan. Di sini, di lingkungan kita.

Rintihan pilu kesakitan dan kesedihan mengangkasa di langit semesta. Menguap keluar dari tenda lusuh kumuh yang berbaris berdempetan di kamp-kamp Tepi Barat, RamaLlah, Hebron, Sabra-Syatila, dan perbatasan tanah negara tetangga. Panas sahara makin terpanggang oleh mentari sesiangan yang memancarkan sinar ke padang pasir berbatu yang kering. Mereka saling menatap dalam kebisuan. Hanya dzikruLlah dan keyakinan akan NashruLlah yang tetap setia mengalir dari bibir mereka. Saling menguatkan, untuk janji abadi yang menjadi sunnatuLlah kebangkitan menuju kejayaan. Di sana, di belahan bumi islam lain.

Denting gelas berisi beraneka minuman dingin pelepas dahaga berjejer rapi di tepi-tepi meja di ruangan tamu dan keluarga kita. Di sertai dengan piring berisi kue enak plus beras dan daging qurban yang telah diracik menjadi beraneka ragam makanan dengan nama asing. Duduk bersama, menikmati di sela-sela tontonan lewat kotak ajaib yang juga menayangkan jenis acara yang sama. Anak-anak berlari gembira dengan tangan kanan memegang coklat dan mulut masih berlepotan sisa es krim. Di sini, di rumah kita.

Deru pesawat pemburu membelah angkasa. Menebar aroma maut di hati para pengungsi yang tetap tsiqoh memegang ideology keyakinannya. Rentetan peluru dan ledakan granat menjadi menu utama harian, sama seperti sebelum-sebelumnya. Jangan bermimpi mendapati minuman dingin yang menyegarkan tenggorokan di panas sahara, atau makanan pengganjal perut yang bergizi. Sebotol air mineral hasil rebutan dengan berjuta manusia, serta sepotong roti keras sisa kemarin sudah menjadi mewah untuk dikonsumsi. Hanya kesungguhan dan tekad kuat yang akan disapati di wajah dan tangan anak-anak di sana. Dengan puncak kegeraman yang menghiasi diam bibir mereka. Di sana, di negeri muslim yang bertarung untuk eksistensi.

Idul Qurban dengan makna pengorbanan sejati, apakah yang disisakannya di hati kita?