Thursday, January 11, 2007

Ada yang indah, saat berusaha bertahan dalam kebaikan

Allah…bantu hamba tetap bertahan. Hamba sadar, tidak ada daya dan kekuatan selain pertolongan-Mu. Hamba tidak tahu, perasaan apa ini. Rasa yang tiba-tiba saja hadir, menyeruak masuk ke rongga dada hamba, mengisi semua relung kosong yang tersisa, memenuhinya dengan perasaan yang…entah…aku tak tahu bagaimana melukiskannya. Rasa yang membuat mata hamba seketika mengalirkan bening air, lepas, tanpa halangan. Tak kuasa mengangkat kepala, tertunduk menatap bumi. Makin menderaskan butiran bening yang makin banyak mengalir keluar dari indera penglihatan hamba.

Sedih, memang perasaan itu yang mungkin hinggap. Namun bukan kesedihan yang memanjakan dan menyakitkan jiwa. Sungguh, sebab mengalirnya butiran bening itu malah menentramkan hati hamba. Menyegarkan lorong jiwa hamba yang sempit, melapangkannya dengan sejuta rasa yang hadir. Menyentak kesadaran hamba, akan makna eksistensi-Mu di semesta raya ini.

Sampai hari ini, Engkau masih memilih hamba untuk menapak jalan perbaikan bersama para pengusung setia janji peradaban. Masih memilih hamba, untuk menyerukan kebenaran risalah-Mu ke manusia yang hamba temui. Berbagi perbaikan dalam kehangatan diskusi yang menghidupkan. Beranjak, dari perbaikan yang satu menuju anasir perbaikan lain yang lebih baik.

Padahal… Siapalah diri ini ya.. Robbana. Yang terkadang masih saja sombong berjalan di bumi yang semuanya tidak lebih berharga bagi-Mu dibanding selembar sayap nyamuk sekalipun? Berbangga dengan atribut kemewahan semu, yang tak ada jaminan sama sekali untuk menjadi pelita di kegelapan hari perhitungan amal kelak. Hamba masih kotor ya Allah… masih berselimut kabut tebal dosa, yang tetap mencoba menggiring jiwa dan hati menuju jalan yang tak pernah sekalipun Engkau ridhoi. Masih terlalu banyak kesalahan yang menjadi pakaian keseharian hamba. Jiwa kadang masih larut, merenda maksiat yang luput dari pandangan makhluk-Mu.

Wahai Yang Maha Rahman, segala puji bagi-Mu. Pujian yang meliputi semua makna keagungan yang melekat dalam Asma-Mu. Akan lautan luas ampunan dan kasih sayang-Mu yang tak terbatas. Hanya kepada-Mu hati ini menggunungkan harapan. Harapan agar tetap tsiqoh dalam berjalan di bingkai kehidupan yang telah Engkau atur dengan keadilan syariat-Mu. Harapan akan keberkahan umur dan amal yang mengiringinya agar abadi dalam keikhlasan yang membuahkan syurga-Mu. Sebab, jika bukan kepada-Mu kami memohon, kemana lagi kami harus menengadahkan tangan berdoa? Sementara semesta raya ini, semua adalah milik-Mu… Kami makan dari rezeki-Mu… Kami hidup karena karunia kasih sayang-Mu… Bumi tempat kami berpijak adalah ciptaan-Mu…

Allah…izinkan hamba tetap menjadi tamu-Mu, yang tiap kali mengetuk pintu-Mu selalu Engkau sambut dengan senyum kegembiraan. Bukan dengan murka-Mu yang Maha Dahsyat. Wahai Yang Maha Rahim, Engkaulah puncak segala harap.

nb: catatan pinggir pasca ngisi materi Ukhuwah Islamiyah di LT 5 Fakultas Kedokteran UNHAS.