Thursday, October 04, 2007

rapuh....lagi?

Masih dalam pelataran hari. Mengeja semesta dalam rangkaian hijaiyyah amalan yang menggoreskan jutaan mimpi tanpa batas. Detik terus tertoreh, mempergilirkan gelap dan terang di ambang cakrawala. Lukisan malam masih ditaburi jutaan bintang, senada siang dengan terang mentari dengan putih cahayanya. Suka duka tetap beriringan, sebagai dua sunnatuLlah alam yang menjadi keharusan. Sepi, kembali hadir. Masih tetap dengan status sebagai teman sejati.

Lelah, keresahan melingkupi jiwa. Dalam derasan air mata, kembali sujud panjang menjadi pilihan. Lemah, rapuh dalam langkah kehidupan yang semakin menguras energi fisik dan jiwa. Kesetiaan, yang pernah terpatri azzam kembali terkhianati dengan lintasan pikiran yang meragukan. Cinta dalam hati, masih saja terkotori nafsu dan tahta keinginan yang jauh dari rahmat-Mu.

Maaf, belum juga sempurna cinta ini untuk harapan semata kasih sayang-Mu. Meskipun, mahabbah yang telah coba kuperbaharui dan kuluruskan semata di atas jalan-Mu tetap kuusahakan menjadi raja di atas segalanya.

Jauh, perasaan lemah ini kembali hinggap. Kotor, dalam kubangan dosa yang kembali menarik keinginan ini untuk merangkulnya dalam kesenangan sesaat. Maaf, aku kembali mengetuk di pintu-Mu. Aku semakin takut, apakah rukuk dan sujudku membekas rahmat dalam keridhoan-Mu. Aku ingin kembali dalam kehangatan pelukan-Mu, di sela taubat yang terucap lirih. Ampunilah dosa dan kesalahanku. Meskipun, dalam cinta dan taubat yang juga belum sempurna.

Kerinduan ini, kembali membuncah untuk suatu damba akan cinta-Mu. Meskipun dalam kekerdilan jiwa yang paling rapuh, aku sadar tak ada setitikpun nilai diri ini yang Engkau butuhkan. Saat seluruh penduduk langit dan bumi bersekutu untuk tidak menganggap diriMu sebagai Rabb, tetap saja tak mengurangi setitik dzarrahpun kemuliaan DzatMu. Sama halnya ketika kebalikannya yang berlaku.

Keinginan tinggi seperti pinta Abu Nawas, bahwa diri ini tak layak ke syurga-Mu,namun tak juga sanggup dan kuat jika dilempar ke neraka-Mu. Rabbi, tetaplah buka jalan lurus itu kepadaku. Sekali lagi, meski dengan cinta yang belum juga sanggup bermetamorfosis sempurna.

nb : aku tak ingin berada dalam barisan akhir rombongan keledai yang bahkan mereka pun tak ingin terjatuh dua kali dalam lubang/kesalahan yang sama

Labels: