Wednesday, December 13, 2006

Terima Kasih, Cinta.

Apa kabar cinta? 2 pekan tidak bertemu denganmu, telah memahat rindu yang makin dalam di relung hatiku. Meresahkan pikiranku yang diam dari diskusi hangatmu yang selalu menemaniku hingga jarum jam menunjukkan pukul 23.00 lewat. Kerinduan yang 2 pekan membuat mataku selalu terjaga di tepi tidur, karena kesepian yang asing dalam belantara dunia yang bersatu mengoyak nilai idealisme yang menyelimuti langit jiwaku.

Aku kangen. Kangen dengan suara indahmu yang selalu menyadarkanku akan kekhilafan yang kuperbuat. Kangen dengan teguran lembutmu, ketika melihat reaksi emosionalku merespon semua ketidakadilan yang bertahta di tanah ini. Untuk tetap memintaku berjuang, namun dengan marhalah yang terstruktur, bukan dengan penyikapan perasaan semata. Kangen dengan ketegasanmu yang memintaku bertahan, bergabung dengan para arsitek peradaban, menyatu dengan serpihan ombak yang lain, menanti tiupan angin untuk kemudian menjelma menjadi gelombang besar, ketika ketergesa-gesaan mulai singgah di tanah batinku.

Aku kangen. Kangen dengan kehangatan yang kau alirkan setiap kali tanganmu menjabat erat tanganku. Kangen dengan tepukan lembutmu di bahuku, menguatkan, ketika melihat wajahku tertunduk karena beban masalah yang mengganjal. Kangen dengan senyum dan tatapan matamu, yang selalu menguatkan tekadku agar tetap lurus melangkah di jalan cita-cita dan harapan yang penuh aral menghadang dan kedzoliman yang merajalela.

Sampai malam ini, ketika kedua kakiku kembali menapaki pelataran rumahmu. Kerinduan itu makin membuncah. Hujan yang turun sejak sore tidak menyurutkan langkahku untuk segera melangkah ke pintumu, mengetuk dan mengucapkan salam penghuni syurga. Engkau masih menyambutku seperti dahulu. Dengan senyuman yang selalu menentramkan kegelisahan hatiku. Dengan keramahan yang selalu menjadi ciri khasmu, mempersilahkanku masuk ke ruangan yang selalu bercahaya, dipenuhi ayat-ayat cinta yang tak pernah lekang meluncur dari kedua bibirmu yang tak pernah kering dari dzikir. Engkau masih tetap memintaku duduk dekat denganmu, mendengarkan semua keluh-kesahku akan rumitnya teka-teki kehidupan yang harus kupecahkan.

Cinta, sungguh. Kehadiranmu telah mendatangkan warna baru dalam pelangi kehidupanku. Mengangkat jasad kotor ini dari jurang kelam, yang sempat bercengkrama mesra dengan kepekatan maksiat. Engkau masih setia menjadi tetesan air, menyegarkan padang pasir akan
dahagaku tentang hakikat segala sesuatunya. Yang tak bosan mengalir, membasahi semua lorong jiwa, akal, dan imanku yang masih gersang tergerus erosi kejahiliyahan.

Cinta, doa yang kau ajarkan kepadaku, di tiap waktu akan ikatan hati agar dikekalkan dalam mahabbah, yang setia menjadi penutup pertemuan kita, masih abadi di tiap subuh, ketika malaikat menembus pintu langit, mengabarkan kepada Rabb Semesta Alam akan kesungguhanku untuk terus berjalan menuju perbaikan diri.

Terima Kasih, Cinta.

tribute to : sahabat yang tetap setia mengikuti kajian di Lingkar Quantum. Kalianlah taman cinta itu. Kalianlah pelaku cinta itu. Karena, ketika orang bertanya tentang cinta kepadaku, aku akan menjawabnya : KALIANLAH CINTA ITU!